Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

My Dear In My Facebook

10 September 2010
Sudah dua malam ini Cacha selalu terbangun tengah malam dan dengan mimpi yang sama
“Zacky? Kenapa akhir-akhir ini aku jadi sering mimpiin Zacky ya? Padahal aku nggak pernah bayangin dia”
Cacha memegang erat kepalanya
“Nggak! Nggak! Aku nggak mikirin Zacky, dia pasti udah benci banget sama aku, tapi…”
Cacha mengambilponsel yang tergeletak di meja kecil sebelah kiri ranjangnya. Matanya terus menekan scrool bawah keypad ponsel dengan harapan bisa menemukan nomor ponsel Zacky tapi tidak dia temukan.
“Huft! Tolol banget sich?! Nomornya Zacky kan ada di sim card nomorku yang dulu, Nah! Sim cardku dah ilang.”
Cacha mengacak-acak rambutnya yang memang sudah semrawut. Gadis berambut sebahu itupun mendengus kesal sambil melayangkan ingatanya pada kejadian dua tahun yang lalu. Saat dimana Zacky pergi akibat ulah Cacha yang lebih memilih bersama orang baru dalam hidupnya daripada Zacky yang jelas-jelas membawa banyak ketenangan untuk Cacha.
“Zacky, kamu dimana?”
Cacha menahan tangisnya dengan menggigit bibirnya keras-keras. Sakit! Tapi Cacha yakin rasa sakit Zacky lebih parah dari itu. Dalam tangisnya Cacha mencoba mengingat sesuatu. Cachapun bergegas melangkahkan kakinya dan mengambil suatu benda yang masih terbungkus rapi dengan sebuah kertas kado berwarna putih dengan motif polkadot dari dalam laci almarinya. Dua tahun lebih Cacha tak pernah melihat barang itu. Sisa kenangan dari Zacky, dua buah baju dan sebuh kotak persegi panjang warna merah dengan lilitan pita warna gold yang berisikan sebuah jam tangan mungil yang cantik.
”Seenggaknya masih ada ini”
Ucap Cacha dengan senyum tipis dan mata berbinas mengamati setiap detail jam tangan yang saat ini melingkar cantik di lengan kirinya. Cacha kembali merebahkan tubuhnya, membiarkan selimut tebal menutupi sebagian tubuhnya dan membiarkan jam tangan pemberian Zacky menemani lelapnya hingga datang hari esok.


11 September 2010
Siang hari di kampus,...
Pada materi hukum pidana
Tiba-tiba Ratu yang duduk disamping Cacha memegangi lengan kiri Cacha
”Apaan sich?”
Tanya Cacha heran melihat tingkah Ratu
”Kayaknya aku pernah ngeliat jam ini dech sebelumnya, tapi dimana ya?”
Cacha menggeleng-gelengkan kepalanya sembari terus mencatat materi dosen
”Ouya! Inikan kado dari Zacky di ulang tahun kamu dua tahun yang lalu khan? Iya khan? Emm... Kayaknya ada yang merindukan sisa kenangan dari masa lalu dech”
Ratu tersenyum menggoda
”Apaan sich? Eh.. aku tu cuman pengen make jam ini! Lagian, meridukan sisa kenangan gimana? Udah nggak ada sisa. Aku aja nggak pernah tau dia Zacky sekarang dimana, gimana? Humm”
”Kenapa nggak hubungin aja”
”Aku udah nggak punya nomornya. Hari-hari ini aku juga sempet nanya ke temen-temen Zacky dulu tapi mereka pada nggak tau keberdaan Zacky.”
”Facebook! Kenapa nggak cari Zacky di facebook?”
”Ehem! Ehem”
Suara de eheman Pak Fajar mengagetkan seisi ruangan termasuk Ratu dan Cacha yang merasa menjadi penyebab kericuhan di kelas.
30 menit kemudian,..
Semua mahasiswa pun satu persatu mulai meninggalkan ruang kelas termasuk Ratu dan Cacha
”Eh, obrolan kita belum selesai”
”Obrolan apa sich?”
Sungut Cacha sambil merapikan letak tasnya
”Kalo kamu kangen sama Zacky kenapa nggak usaha nyari tau sich?”
”Masalahnya aku nggak tau harus nyari Zacky kemana, Ratu! Masa’ aku harus ke Surabaya nanya semua orang? Nggak mungkin banget khan?
”Gitu aja kok ngeluh? Padahal Zacky pernah berkorban tanpa ngeluh dech.. Kamu nggak inget gimana Zacky bela-belain jauh-jauh datengin kamu cuman untuk ngasi jam ini ke kamu? Kamu nggak inget gimana Zacky nungguin kamu dari sore ampek malem di depan kampus cuman untuk ngeliat kamu bareng Demong,... Kamu...”
”Udah, Tu! Iya aku salah! Dan aku nyesel... Aku kangen sama Zacky tapi aku nggak tau harus gimana”
Mata Cacha mulai memerah, menahan bendungan air yang siap menerobos kelopak matanya hanya dengan satu kedipan
“Zacky emang pantes buat kamu nyesel, tapi nyesel terus juga nggak akan ada gunanya Emm... Manfaatin donk kemajuan teknologi! Buat apa akun facebook sama twitter kamu.”
“Maksunya?”
“Cari Zacky di semua akun kamu”
Cacha tersenyum puas namun dengan cepat ia kembali mengerutkan dahi
”Iya kalo di dunia ini cuman ada satu Zacky! Tapi ada ribuan nama Zacky di facebook”
”Cacha! Tuhan itu memberi mata ke kita udah lengkap dengan semua onderdil yang bisa di jamin kehebatanya jadi jangan takut mata kamu copot kalo cuman di pake’ buat di liat foto ribuan orang yang bernama Zacky di facebook”
Cacha menghentikan langkahnya dan menatap sahabatnya itu lalu memeluk bahu Ratu
”Kalo ternyata Zacky udah punya cewek gimana?”
”Emang kamu ngarep jadi ceweknya Zacky? Cha, menurut aku untuk sekarang kamu cari tau keberdaan Zacky dulu dech, nggak usah mikir yang macem-macem dulu. Kalaupun Zacky udah punya pengganti kamu itu wajar karna kamu udah pernah nyakitin dia. Kalian bisa jadi temen khan? Kalau memang di antara kalian masih punya rasa sayang pasti bakalan ada jalan lain yang nantinya bisa nyatuin hati kalian lagi”
”Ratu,.. Makasih ya”
Dua sahabat itupun saling berpelukan sambil berlalu.
* * *
Untuk kesekian kalinya Cacha memandangi jam mungil di pergelangan tangannya. Senyumnnya mengembang saat mengingat gimana Zacky memberinya bingkisan itu.
”Oia! Kenpa aku nggak ngikutin saran Ratu untuk nyari Zacky di facebook? Temen-temen Zacky nggak ada yang tau kenapa aku nggak nyari di pencarian teman”
Cacha mengambil laptop
”Kenapa jadi deg-degan gini ya? Gimana kalo nanti udah ketemu tapi pick Zacky sama cewek? Ah! Aku nggak mau liat”
Cacha membanting gulingnya
”Tapi aku harus tau dan aku pengen tau keberadaan Zacky.Terserahlah dia udah punya cewek apa belom. Yang jelas aku pengen ketemu lagi sama dia”
Cacha kembali menekuri laptopnya dan membuka akun facebooknya. Dengan lancarnya Cacha memasukan mail, passwor dan enter,.......
105 permintaan pertemanan
315 kotak masuk
81 pemberitahuan
Akun Cacha penuh, maklum kurang lebih 2 minggu Cacha tidak pernah melihat akunnya itu. Bosen... Isinya cuman itu-itu aja.

Dengan cekatan jemari Cacha menari di atas keybord, dan untuk pertama kalinya Cacha meng-klik simbol bergambar amplop. Satu persatu melihat isi dari inboxnya tersebut dan seperti yang sudah-sudah yang muncul hanya orang-orang yang tidak Cacha kenal dan isinya khas ala cowok-cowok semacam memuji, minta nomor ponsel atau hanya sekedar berkenalan dan .... apa? Zacky?! Cacha mengucek-ngucek kedua matanya dengan kedua telapak tanganyya, barangkali apa yang barusan dia lihat hanya gambaran obsesi Cacha untuk menemukan Zacky atau cuman hanya sebuah kesamaan nama, kemiripan wajah atau..... atau itu bener-bener Zacky. Tanpa banya pertimbangan Cacha menzoom foto orang bernama Zacky dalam akunnya dan senyum penuh kepuasan menghiasi wajahnya, pipinya pun merona.
“Ya tuhan,.. ini bener-bener Zacky! Zacky yang aku cari-cari selama ini! Ya tuhan aku nggak mimpi kan? Ternyata Zacky yang lebih dulu nemuin aku tanpa aku sadari. Thanks God”
Cacha membaca pesan singkat Zacky
Gimana kabarnya??.. Masih Inget Zacky nggak
Dengan cepat Cacha membalas pesan dari Zacky
Zacky,... Ingetlah! Aku masih inget banget
Kamu gimana kabarnya?
Lama banget nggak pernah ketemu
Seneng banget ya di kampung orang? Nggak balik ke kampung halaman?
Tak lama Zacky pun membalas pesan balasan dari Cacha
Iya, aku sekarang di rumah
Kamu lagi dimana?
Gimana kabarnya



Aku cari-cari ternyata ketemu juga facebooknya
Nomor kamu berapa?


30 detik kemudian nada dering pada ponsel Cacha berbunyi, suara merdu duo Pasto terdengar jelas. Dari nomor tidak di kenal
”Iya, Hallo?”
”Hay’
Suara itu,.. Suara
”Zacky ya? Zacky khan?
Tanya Cacha riang sambil memalingkan pandanganya ke arah jam tangannya
”Iya,.. Bener banget! Ini Zacky, Ini bener Cacha khan?”
“Iya, bener banget. Senengnya bisa ketemu kamu lagi. Oia, gimana kabarnya? Gimana kuliahnya? Gimana masih tetep sama band nya terus kapan maen kerumahku? Oia, om sama tante gimana kabarnya?”
Cacha memberondong dengan seabrek pertanyaan
”Wah, satu-satu donk Cha,... Nggak ngerti mau jawab yang mana dulu”
Cacha nyengir
”Iya, maaf ya. Saking senengnya jadi pengen banyak nanya”
”Sama aku juga seneng banget bisa ketemu kamu lagi. Udah lama aku cari-cari akhirnya ketemu juga”
”Kok bisa tau fbku sich? Aku tu cari-cari fb kamu nggak ketemu-ketemu. Aku juga sempet nyari tau kabar kamu lewat temen-temen kamu tapi mereka pada nggak tau kamu dimana. Kamu jarang pulang ya? Udah seneng banget di kampung orang”
”Nggak juga, aku sering pulang kok malah sering nyari kamu tapi nggak pernah tau juga. Terus nyoba liat kampus kamu tapi nggak pernah tau. Waktu itu aku sempet hubungin kamu tapi nomornya udah nggak aktif dan aku juga tetep aktifin nomor lamaku berharap kamu hubungin aku tapi nothing, nggak pernah ada suara kamu hubungin aku”
Pernyataan demi pernyataan terus terlontar. Rasa kangen, rasa bersalah, seneng , surprise jadi satu. Ternyata masih sama-sama mencari tau. Semoga ini pertanda baik untuk awal dari segalanya dan Cacha juga dapat meneruskan catatan kehidupannya yang tertunda dan masih kosong.
* * *
”Hari ini Zacky kesini,.. Seneng banget dech. Emm.. Aku pake’ baju apa ya? Ah! Yang simple-simple aja dech, lagian nggak kemana-kemana juga”
Cacha mempersiapkan segala sesuatunya untuk tampil segar hari ini dan sesekali melihat dirinya di cermin sambil memutar-mutar tubuhnya yang mulai agak kurus sambil tersenyum.

Hari mulai sore,
Zacky belum juga kelihatan batang hidungnya, Zacky juga tak memberi kabar. Cacha mulai gundah
”Kok belum dateng sich tu anak?! Nggak ngasih kabar lagi! Apa aku telfon aja ya? Ah,.. Nggak! Nggak! Nggak sabar gitu kesannya”
Cacha mondar-mandir di dalam kamar sambil terus memandangi ponselnya
”Kalo ada apa-apa di jalan gimana ya? Duh, kok jadi penasaran gini sich”
Cacha memalingkan pandangannya ke luar rumah. Sepi, tak ada satu orangpun yang datang
Aku hanya pergi tuk sementara, Bukan tuk meninggalkanmu selamanya
Kupastikan kembali pada dirimu tapi kau jangan nakal
Aku pasti kembali
Cacha memencet tombol yes
”Iya, Zack.”
”Maaf banget ya, kayaknya untuk sekarang aku nggak bisa kesana. Sodaraku masih pada ngumpul di sini. Gimana kalo lusa aja”
”Oo, gitu? Ya udah nggak pa-pa”
”Cacha nggak marah khan?”
”Nggak kok, nggak pa-pa. Khan bisa lain waktu”
”Ya udah, thanks ya, Cha”
“Iya”
Apa seperti ini ya rasanya di cuekin orang yang di harapkan? Ngerasa seperti botol tanpa tutup, nggak lengkap. Terus gimana perasaan Zacky waktu itu ya? Apa sebenernya Zacky cuman pengen bales aku ya?
”Ah! Nggak aku nggak boleh berfikir seperti itu. Aku yakin Zacky nggak mungkin seperti itu”

2 hari kemudian,
Berkali-kali Cacha melihat jam di tangan. Jam 12 siang, tak ada satupun sms dari Zacky
”Si Zacky lagi ngapain sich? Yang kemaren ngebet pengen ketemu siapa yang ngebatalin siapa... Mending nggak usah ketemu sekalian! Sampek mat juga nggak pa-pa dech”
Cacha tak bisa lagi menahan amarahnya, rasa rindu itu memuncak. Dengan kesal ia melepas jam tangan dari Zacky dan melemparnya ke ranjang.
”Kenapa nggak liat statusnya aja, kali aja dia update status kegiatannya sekarang”
Dengan perasaan harap-harap cemas Cacha login facebooknya dan membuka profil Zacky. Statusnya sama dengan kemaren yaitu ungkapan kebahagiaan akan pertemuanya dengan Cacha. Tak cukup di situ, Cacha juga membuka beberapa comment Zacky terhadap beberapa teman wanitanya di situs jejaring sosial itu. Semuanya baik-baik saja
”Mungkin cuman perasaanku aja. Cacha! Bego’ banget sich! Dua tahun nggak ketemu harusnya kamu nyadar kalo Zacky itu udah berubah! Dia bukan Zacky yang mencintai dan kamu cinta dulu! Mungkin cinta itu udah mati saat kamu hianatin dia! Cinta buat kamu itu dulu! Hanya sebatas masa lalu yang kebetulan aja ketemu”
* * *
4 Panggilan dari Zacky sama sekali tak di hiraukan Cacha
”Aku nggak mau jadi sayang lagi sama Zacky. Aku nggak mau buat diri aku terlalu jauh harapin dia”
Cacha membuang pandanganya pada deburan ombak dan terus mengamati sekelilingnya. Pantai ini masih sama seperti dua tahun yang lalu saat dimana Cacha dan Zacky melewatkan hari-hari bersama. Mereka berdua memang penyuka pantai.
Hari mulai sore, Cacha tetap tak bergeming dari tempatnya, duduk di hamparan pasir tanpa pedulikan hembusan angin pantai yang siap membuat tubuhnya menggigil. Penyesalan itupun datang seiring airmata Cacha yang mulai menggenangi pelupuk matanya
”Harusnya dulu aku nggak seperti itu sama Zacky, Harusnya aku jaga perasaan Zacky, harusnya aku nggak ngecewain dia. Bodoh! Bodoh! Kenapa baru sekarang aku ngerasa kalo aku membutuhkan dia. Aku sayang sama Zacky”
Airmata Cachapun menetes cepat mengaliri pipi merah Cacha
”Perasaan itu masih tetap sama kok, Cha. Perasaan itu masih seperti dua tahun yang lalu. Sama sekali nggak berubah karna aku emang nggak pernah nyoba untuk ngerubah perasaan ini”
Kedatangan Zacky yang tiba-tiba sangat mengejutkan Cacha
”Zacky, kamu kok bisa tau aku disini”
Zacky hanya tersenyum penuh arti sembari mengambil duduk di samping Cacha. Zacky lebih mendekat dan sekarang bahu merekapun saling berhimpitan
”Zacky, maafin aku ya”
”Kejadian itu udah lama dan aku kembali disini bukan untuk meminta permintaan maaf dari kamu”
”Jadi aku harus ngomong apa?”
Zacky tersenyum dan menatap dalam ke bola mata Cacha yang masih basah
”I Love U, Cha”
Cacha membalas ucapan Zacky dengan senyum kebahagiaan dan tanpa di komando, Cacha memeluk perut Zacky hingga saat ini kepala Cacha bersandar di bahu bidang milik Zacky
”I Love U to, Zacky”

Facebook oh Facebook,…. Ternyata aku bisa memeluk kembali cintaku yang hilang. Bisa meneruskan kembali kisah yang sempat terputus karna jarak yang membentang. Berjuta rasa kini berbaur,.. MY DEAR IN MY FACEBOOK

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar